Biru dan Biru Oleh Irma Yulita Penulis adalah siswa SMPN 3 Sidoarjo Hari ini seakan cerah kembali. Padahal, saat kulihat ke luar jendela, langit masih kelihatan abu-abu kelam dan berembun alias mendung. Memang hari ini seakan-akan cerah karena hari ini, tepatnya Rabu, 2 Agustus, aku memakai baju baru berwana biru muda plus garis-garis pemanis putih. Mereknya Converse. Baju ini baru kubeli di mal kemarin, setelah aku mendapatkan hasil jerih payahku. "Tumben kok pagi begini udah bangun?" tanya ibuku sembari menata makanan di atas meja rotan. "Iya nih Bu, ada kuliah pagi." "Bajumu hari ini kok cerah sekali. Padahal pagi ini mendung lho!" tanya ibu sekali lagi. "Ah, biasa kok Bu. Baju lama." "Ayo sarapan dulu, biar ada tenaga kalau kuliah," ajak ibuku sambil menggerek kursi. Sembari makan, aku perhatikan lagi baju baruku. Bagus dan keren, pikirku. Yah, beginilah kalau kuliah sambil bekerja. "Bu, Rani berangkat dulu." Aku berankak dari meja makan lalu berpamitan pada ibu. "Hati-hati di jalan Rani!" pinta ibuku setengah berteriak. *** Pukul 23.00 aku sampai di rumah. Setelah memarkirkan motor, kukunci pintu pagar lalu masuk rumah. Gelap dan sepi. Kulihat ayah dan ibuku sudah tidur lelap. Kubuka kamar adikku yang masih duduk di kelas 1 SMA. Juga terlelap dengan buaian selimut perca. Aku masuk kamar dan melempar barang belanjaanku di atas ranjang. Yah, memang aku habis berbelanja lagi. Tapi kali ini bukan baju, melainkan sepatu dan topi. Sepatuku kali ini mereknya Fila dan Adidas. Semua warna biru metalik. Kuakui, bekerja usai kuliah memang asyik dan menguntungkan. Dengan bayaran setiap hari, aku bisa membeli barang kesukaanku dan separonya kutabung. Membeli barang berwarna biru yang kuinginkan bisa berlangsung selama aku masih bekerja. Mulai dari baju Converse, Gucci, Bethoven, U2, Volcom, Osella, hingga Adidas sudah kumiliki. Celana merek terkenal, sepatu Fila, Adidas, Nike, Converse, Gosh, sudah aku cicipi. Namun, keinginanku untuk tampil trendi belum terpenuhi. Karena, aku belum punya ponsel Nokia seri 3650 warna biru. Selang beberapa minggu mengumpulkan uang hasil kerja keras, akhirnya aku bisa membeli ponsel itu. Kini, keinginanku untuk tampil trendi telah terpenuhi. *** Keesokan harinya… Ngeng, ngeng, ngeng. Kulajukan motor warna biru metalikku sembari mengucapkan salam kepada orang tuaku. Hari itu, aku memakai baju warna biru plus celana hitam dan sepatu keds Converse dengan tas pinggang Adidas serta ponsel Nokia. Saat itu, aku berpikir bahwa aku gadis paling trendi dengan warna kebanggaan biru. *** "Wuih, keren banget pakaian kamu Ran!" puji Intan ketika berpapasan denganku di parkiran kampus. "Jelas dong, Rani si trendi," kataku sombong. Di kelas, penampilanku dipuji habis-habisan oleh teman-teman. Seperti si Dhya yang mengatakan penampilanku kayak Mandy Moore. Anton mengataiku kayak Hilary Duff. Pokoknya, layaknya selebriti. Tapi hari itu kuliahku hanya sampai jam 12.00. Aku mampir dulu ke kantin untuk makan siang. Setelah jam tanganku menunjukkan pukul 12.45, aku menuju parkiran. Kukendarai motorku dengan kencang bak Valentino Rossi, menuju tempat kerjaku. Aku memilih langsung datang ke tempat kerja, padahal waktu masuk kerja kurang 2 jam lagi. Waktu itu, para pekerja belum ada yang datang. Di tempat kerjaku, ada peraturan siapa pekerja yang datang duluan, dia akan dapat upah lebih. Setelah sampai, kuparkir motorku dan siap menjalankan perintah bosku. "Siap Bos, pasti bisa deh!" kataku sambil menyibakkan kerah jaketku. Ngeng, ngeng, ngeng… Kembali kulajukan motorku dengan kecepatan 80 km/jam. Setelah sampai di tempat pencari orderan, aku menunjukkan STNK, lalu memarkirkan motorku. Tempat pencari orderanku kali ini adalah sebuah plasa. Aku segera masuk lewat pintu utama. Aku menuju lantai 2. Tapi tiba-tiba… "Eh, mbak ini, mbak ini, ngutil pakaian!" teriak penjaga stan Arrow sambil menunjuk ke arahku. "Maaf, maaf … maaf. Saya khilaf. Mohon saya tidak dibawa ke kantor polisi," pinta Rani, merengek penuh penyesalan. Dan… Rani dibawa ke kantor polisi. *** "Maafkan aku, ibu, ayah, adik. Aku telah mengkhianati kepercayaan kalian semua. Aku anak yang tidak tahu diri," kata Rani penuh penyesalan. "Sudahlah Ran. Ayah dan ibumu tak akan mengunjungimu di sini karena beliau sudah memberitahu takkan datang. Ambil hikmah dari semua yang engkau perbuat," nasihat seorang polisi wanita. Selama 2 minggu kutunggu kehadiran keluargaku untuk ke sini. Tapi, semua sirna. Meski kesedihan mendatangiku, aku tetap tegar karena di sini aku tetap ditemani warna favoritku, biru. Biru yang kupakai bukan bermerek Converse atau merek terkenal lainnya. Melainkan bermerek Tahanan Polres Surabaya Selatan. Maafkan aku, ayah dan ibu. Kalian warna favoritku, kalian kukhianati.